Hari Kartini yang diperingati pada setiap tanggal 21 April yang merupakan tanggal kelahiran Raden Ajeng Kartini pada tahun 1879. Peringatannya bukan sekadar memperingati Kartini sebagai pendekar bangsa dan pendekar untuk kaumnya pada masa itu. Yang menjadi lebih penting adalah bagaimana seoarang wanita memiliki peran untuk menggali dan memahami apa yang menjadi cita-cita untuk di perjuangkan.

Mengingat pada masa penjajahan belanda yang mayoritas rakyat pada masa itu memeluk agama islam akan tetapi begitu kuatnya akan adat istiadat di tanah jawa sehingga mengakibatkan anak perempuan tidak diperbolehkan untuk menuntut ilmu, tidak boleh bekerja di luar rumah, menduduki jabatan di tengah masyarakat bahkan tidak diberi kesempatan untuk maju dan berkembang.

Begitu gigihnya Kartini dalam memperjuangkan emansipasi wanita mengingat ia adalah seorang muslimah yang ingin memajukan bangsanya sejalan dengan ajaran agama islam dan memperjuangan persamaan dan kesetaraan.

Salah satu kutipan kegundahan Kartini
Mengapa kami ditindas? Itu membuat kami memberontak. Mengapa kami harus mundur? Mengapa sayap kami harus dipotong? Tak lain karena tuduhan dan fitnah orang-orang kerdil yang berpandangan picik. Untuk memuaskan orang-orang macam itulah kami harus melepaskan cita-cita kami. Andaikan betul-betul perlu, benar-benar tidak dapat dielakkan, kami akan tunduk. Namun kenyataannya tidak demikian. Segala-galanya berkisar pada pendapat umum. Semua harus dikorbankan untuk itu. Dikatakan: Orang akan bilang ini atau bilang itu, kalau kami lakukan apa yang kami lakukan dengan seluruh jiwa kami. Dan siapakah orang-orang itu? Dan untuk orang-orang macam itu kami harus menekan keinginan kami, harus membunuh cita-cita kami, dan mundur kembali ke alam gelap. (Kartini, 1901)

Kartini mendambakan kaum perempuan untuk berkembang terbebas dari ketidakberpihakan tradisi, kebodohan dan keterbelakangan. Perempuan dapat menjadi aktor utamanya dalam hal kebudayaan. Perempuan juga mempunyai peran yang sangat besar dalam mempertahankan kebudayaan dan kearifan lokal dimana akan membawa kemanfaatan bagi masyarakat itu sendiri.

Melalui Jemparingan merupakan salah satu wujud dalam aktivitas sosial seorang perempuan untuk bermasyarakat atau dalam upaya mengaktualisasikan dirinya pada lingkungan budaya, tradisi dan publik.




Selain itu peran perempuan sangat diperlukan agar kearifan lokal yang ada dalam masyarakat tidak pudar termakan zaman. Peran perempuan dalam mempertahankan kebudayaan dan kearifan lokal juga terkait dengan berbagai sifat keperempuanan yang penuh kesabaran, dan ketelitian sehingga menjadi suatu inspirasi tersendiri dalam lingkungan keluarga mauapun masyarakat disekitarnya. (Jati)

Selamat Hari Kartini!
GJS

Jemparingan Siliran

Merupakan salah satu komunitas jemparingan atau sering disebut panahan tradisional di Kota Yogyakarta.

Post A Comment:

0 comments: