2016
Jemparingan di Yogyakarta
Jogja merupakan daerah yang istimewa. Keistimewaan Jogja salah satunya terletak pada kekayaan warisan budaya dan kearifan lokal yang dianggap membawa pengaruh besar pada perkembangan masyarakatnya yang dianggap lebih maju dan berkembang pesat dibanding daerah lain. 

Jogja mempunyai keistimewaan dalam menarik minat orang-orang di daerah untuk datang dengan berbagai macam tujuan yang berbeda. Penduduk dari daerah lain datang ke Jogja untuk belajar, mencari nafkah untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi atau sekedar berkunjung dengan melihat hasil kebudayaan dari masyarakat Jawa.


Kekayaan warisan budaya yang ada di Jogja juga meninggalkan banyak nilai-nilai yang menjadi kearifan lokal dan bisa diambil nilai-nilai positif serta dapat memberikan kemanfaatan bagi masyarakatnya. Kebudayaan dan kearifan lokal masyarakat Jogja masih banyak yang melekat dan bertahan sampai sekarang. 

Hal ini sangat terasa pada saat kegiatan/Gladhen Jemparingan di Kampung Siliran yang merupakan salah satu dari sekian banyak kebudayaan yang ada di Jogja. Perempuan turut berpartisipasi dalam mempertahankan kebudayaan melalui Jemparingan yang biasanya hanya diaktualisasikan dalam sebuah keluarga, juga dengan menjaga hubungan baik dalam kehidupan sosialnya dan proses adaptasi dengan lingkungan sekitar.

Perempuan sebagai aktor utamanya. Perempuan mempunyai peran yang besar dalam mempertahankan kebudayaan dan kearifan lokal dimana akan membawa kemanfaatan dari masyarakat itu sendiri. Melalui Jemparingan merupakan salah satu wujud dalam aktivitas sosial seorang perempuan dalam bermasyarakat atau dalam mengaktualisasikan dirinya pada lingkungan publik.

Selain itu peran perempuan sangat diperlukan agar kearifan lokal yang ada dalam masyarakat tidak pudar termakan zaman. Peran perempuan dalam mempertahankan kebudayaan dan kearifan lokal juga terkait dengan berbagai sifat keperempuanan yang penuh kesabaran, dan ketelitian sehingga menjadi suatu inspirasi tersendiri dalam lingkungan keluarga mauapun masyarakat sekitar.

Jemparingan bagi kaum Perempuan menjadi alah satu alasan yang menjadikan Jogja ini semakin Istimewa.
(ap)

Jemparingan di Yogyakarta
Jika kita berbicara tentang jemparingan tentu tidak lepas dengan tradisi dalam menggunakan pakaian jawa dalam setiap event/gladhen-nya. Blangkon/iket, Surjan dan Jarik menjadi perlengkapan pokok bagi para pelaku seni dan budaya jemparingan dalam rangkaian berpakaian jawa-nya.

Sebagai penutup kepala, masyarakat jawa punya budaya memakai iket yang sangat bervariasi/beragam bentuknya. Sebagian pelaku Jemparingan atau panahan tradisional menggunakan penutup kepala dengan instan (blangkon) ada juga  yang  mengunakannya secara manual dengan merangkainya sendiri dari kain/udeng. 

Udeng merupakan sehelai kain yang biasanya diikatkan di kepala laki – laki dengan bentuk dan corak berwarna – warni (putih,hitam,batik dll). Kalau orang jawa bilang 
Iket digawe soko kain batik sing rodho dowo banjur dililitake miturut cara-cara lilitan tinentu neng sirah. Lilitan kain iku kudhu isa nutup kabeh sirah (ndhuwur kuping).
Penggunaan iket yang tidak instan seperti blangkon ini perlu dilestarikan baik tatacaranya, bahan dan jenisnya sehingga budaya penggunaan iket dengan udeng ini tidak hilang begitu saja seiring perkembangan jaman yang serba instan.

#salambudaya
Jemparingan di Yogyakarta
SILIRAN -  Jemparingan Siliran menggelar Gladhen Jemparingan untuk anggota Guyub Jemparing Siliran #GJS kali ini tidak dilaksanakan pada hari minggu kliwon melainkan pada hari senin legi tanggal 12 Desember 2016 di Sasana Jemparingan Siliran Yogyakarta.
Gladen Jemparingan 20 rambahan dimulai pukul 09.30  diikuti 18 anggota GJS baik putra dan putri. Dalam kesempatan tersebut disediakan berbagai bebungah berupa bahan pokok, makanan sampai dengan uang senilai 50000 bagi yang mampu memperoleh kepala (mearah) serta hadiah yang disiapkan panitia.
Dalam kesempatan tersebut tampil sebagai pemenang  Sdr. Joel (11),  Sdr. Donny(10), dan Bp. Kris(6)

Hadiah langsung disampaikan oleh Ibu Irni Septiani selaku ketua RW 04  didampingi sekretrais RW Bp. Adhi Nugraha
Jemparingan di Yogyakarta
Siiliran - Mataram Culture Festival (13/11) bersama komunitas Jogja Shutter Camp (JSC) mengadakan kegiatan fotography selain untuk ajang perlombaan juga bertujuan untuk mengeksplorasi daya tarik yang ada di njeron beteng, berikut hasil karya beberapa dari para fotographer saat pengambilan gambar kegiatan Jemparingan Siliran :


























Jemparingan di Yogyakarta
Siliran - Minggu (20/11) Sekelompok pemuda dan pemudi mengunjungi Kampung Siliran. Mereka yang tergabung dalam komunitas BerPiknik ini memiliki tujuan utama berwisata sembari mengetahui budaya khususnya tradisi Jemparingan. Mereka membuat tema "Berpiknik Jemparingan" yang diprakarsai Mas Rafly (@raplee) mengunjungi komunitas Jemparingan Siliran.

Kurang lebih ada 10 peserta yang mengikuti kegiatan tersebut, tak tanggung-tanggung salah satu peserta diantaranya datang langsung dari Jakarta dengan berakhir pekan di Jogja dan  merasakan sensasi Jemparingan

Mereka sangat antusias mengetahui lebih dalam tentang tradisi jemparingan mulai dari alat, bahan yang digunakan, bahan pendukung sampai tentang jemparingan itu sendiri.

Jemparingan di Yogyakarta
Beberapa saat yang lalu Dinas Pariwisata DIY menggelar Kontes Fotography yang bertajuk "Matar Culture Festival Photo Hunt" dengan area pengambilan gamban njeron beteng (Kecamata Kraton).

Salah satu peserta M. Faies (@m.faies) keluar sebagai pemenang Juara 2 dalam lomba tersebut. Fotographer tersebut mengambil gambar komunitas Jemparingan Siliran yang merupakan sesi wajib bagi seluruh Peserta Lomba Mataram Culture Festival (MCF).

Dalam akun instagramnya @m.faies :
Alhamdulillah dapet oleh2 juara 2 "Mataram Culture Festival Photo Hunt" oleh Jogja Shutter Camp dan Dinas Pariwisata DIY. Meski dr pagi sampai malam tapi acaranya seru.. #jsc
#jogjashuttercamp
#mataramculturefestival
#faiesgallery #pfamagelang
Berikut Gamar yang diabadikan
Karya : @m.faies
Jemparingan di Yogyakarta
SILIRAN - Dinas Pariwisata bekerjasama dengan komunitas Jogja Shutter Camp mennggelar kegiatan  "Mataram Culture Festival Photo Hunt" dengan mengambil lokasi start di Pojok Beteng Wetan lebih tepatnya di kampung Siliran.
Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata Dinas Pariwisata DIY, Arya Nugrahadi menuturkan penyelenggaraan dimaksudkan untuk mengeksplorasi daya tarik yang ada di njeron beteng, utamanya melalui lensa kamera para fotografer bersam ujung tombak pelaku pariwisata yaitu pengemudi becak.

Sudut-sudut di njeron beteng dapat dieksplorasi ataupun digali kempali titik-titik menarik yang nantinya dapat dikembangkan dalam rangka kepariwisataan.

Para Fotografer dari DIY maupun luar DIY berkumpul menjadi satu dalam ajang rally foto guna menemukan titik titim menarik di kawasan njeron beteng. Diantar pengemudi becak, mereka menyusuri kawasan patehan, kelurahan kadipaten dan panembahan untuk mengeksplorasi keindahan arsitektur, situs bersejarah, sentra industri kerajinan ataupun kampung wisata tersebut. Para fotografer jga diberi kesempatan untuk membidik kegiatan Jemparingan Siliran yaitu panahan tradisional jawa di Kampung Siliran.

Jemparingan di Yogyakarta
Foto by : @m.faies
Siliran -  Jemparingan Siliran Kembali menggelar Gladhen Jemparingan untuk anggota Guyub Semparing Siliran #GJS pada tanggal 13 November 2016 di Sasana Jemparingan Siliran Yogyakarta. Acara tersebut sejatiya rutin dilaksanakan setiap selapan bertepatan hari minggu kliwon, namun karena berbagai berbenturan dengan undangan gladhen dari komunitas lain dan kegiatan RW acarapun digeser di hari Minggu Pahing. Seiring dengan kegiatas tersebut berbarengan dengan acara Mataram Culture Festival yang diselenggarakan Dinas Pariwisata DIY. Kegiatan tersebut bertujuan mengangkat kembali potensi wisata budaya di wilayah njeron beteng  yang diikuti oleh komunitas Photography "Jogja Shutter Camp".

Gladen 20 rambahan dimulai pukul 10.00  dibagi menjadi 2 sesi, sesi pertama 10 rambahan s/d Dzuhur kemudian istirahat dan dilanjutkan ke Sesi kedua 10 rambahan. Gladhen tersebut diikuti 13 anggota GJS. Dalam kesempatan tersebut disediakan berbagai bebungah berupa bahan pokok, makanan sampai dengan uang senilai 5000, 25000 dan 50000 serta hadiah yang disiapkan panitia.

Dalam kesempatan tersebut tampil sebagai pemenang  Sdr. Heru (10), Sdr. Arif (7), dan Sdr. Jati(6)
Jemparingan di Yogyakarta
SILIRAN - Sebuah hajatan sebagai rasa  syukur kepada Tuhan Yang Maha  Kuasa, belum lama ini digelar oleh komunitas Benteng Budaya dan Koperasi  Seniman  Jogjapada tanggal 16 Oktober 2016.

kenduri yang dihadiri  sejumlah seniman dan berbagai komunitas tersebut, sebagaimana diungkapkan, Sigit  Sugito,  di samping rasa memiliki, dan  menjaga keistimewan  yang sudah   berjalan selama ini.

Kenduri  kali ini untuk meneguhkan kembali, poros Keraton-Kampung-kampung sebagai pilar keistimewan.
“ Kami sebagai warga  Jogja, tak  terpisahkan dari Jogja Istimewa ingin menjaga dan mengawal perjalanan panjang Jogja Istimewa. Sebagai syukur kami adakan semacam ini ” ungkapnya.

Kenduri diikuti oleh  5 kampung termasuk Kampung Siliran dengan budaya Jemparingan. Dalam acara tersebut menempatkan  uba rampe antara lain: nasi  gurih, ingkung, makan tradisional  disiapkan  di  situs  Bastion (Pojok Beteng Wetan). Kenduri setelah terlebih dulu diberikan do'a dipandu Sudarmi  ( Daruni) asal  dari dusun Trowono, Paliyan.Sedangkan hadir dalam acara kenduri benteng Budaya, al, PADI (Puteri  Adiluhung),dimeriahkan Shalawat “A-Najah”,Monolog  Komunitas  Sego Gurih, dengan actor Riyanto dengan  askah ditulis  Wage Daksinarga,Wayang partisipasi dari Banyumas  dengan  dalang  Kang Jarwo,aktivis IRE dari kampung Biru,Trihanggo,Gamping, Sleman, dan  masyarakat sekitar pojok   Beteng.Seluruh  peserta yang hadir mendapat   nasi gurih dengan  ayam suwir. isan
Jemparingan di Yogyakarta
GJS - Minggu 5 Juni 2016 satu hari jelang pelaksanaan ibadah puasa GJS menyelenggarakan gladhen antar anggota GJS yang kedua kalinya. Acara ini merupakan acara rutin bulanan yang dilaksanakan GJS dengan tujuan mengetahui kemajuan atas latihan para anggota GJS yang rutin dilaksanakan. Pada kesempatan Gladhen ini diikuti 13 pendekar GJS dari dewasa hingga anak-anak. Dengan 20 rambahan diperoleh peringkat bulanan untuk peringkat ke-1 diraih Sdr. Heru, Peringkat ke-2 Sdr. Donny dan Peringkat ke-3 Adik Eros.


Jemparingan di Yogyakarta

Beberapa penamaan kampung di kraton memiliki keunikan yang rata-rata, pengambilan nama untuk kampung tersebut didasarkan pada jenis pekerjaan atau profesi yang sebagian besar dilakoni oleh warganya pada jaman dahulu, baik itu dari golongan kerabat, pejabat, sampai keahlian para abdi dalem Kraton dan nama pasukan prajuritnya.

Kampung-kampung yang ada di wilayah Jeron Beteng pada umumnya diberi nama yang didasarkan pada kerabat, pejabat dan keahlian para abdi dalem Kraton Yogyakarta. Ini karena kampung-kampung yang ada di wilayah tersebut dahulu merupakan tempat tinggal para abdi dalem, yang kesehariannya menangani urusan rumah tangga Kraton.

Kampung Siliran dahulu merupakan tempat tinggal para abdi dalem Silir, yakni mereka yang bertugas mengurusi lampu penerangan Kraton.

Saat ini Kampung Siliran merupakan salah satu kampung di wilayah RW 04 Kelurahan Panembahan Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta yang terletak di sisi timur bagian selatan Jeron Beteng, karena batas wilayah kecamatan kraton adalah Beteng Kraton atau kawasan di dalam kompleks Kraton Yogyakarta. 



Potensi Wisata lainnya di Kampung Siliran meliputi :

Pojok Beteng Wetan 
Bastion atau sering disebut pojok beteng karena letak Pojok benteng ini berada di sisi timur dan paling selatan dari wilayah Kraton Yogyakarta. Pojok Beteng Wetan dilengkapi dengan tempat pengintaian yang jumlahnya ada tiga buah dan tempat prajurit sebanyak sepuluh buah dan dilengkapi dengan ruangan yang berfungsi sebagai gudang mesiu.Pojok beteng Wetan dapat dikunjungi melalui kampung siliran dari sisi dalam untuk menikmati pemandangan dari atas bangunan tampak Jl. Parangtritis, Jl. Mayjen Sutoyo, Jl. Brigjen Katamso dan Jl. Kolonel Sugiyono. Adapun bangunan dari bawah dapat dinikmati dari keempat jalan tersebut.
Pojok Beteng wetan terhubung dengan Plengkung Gading

Rumah Kusumabudaya
Rumah ini merupakan salah satu contoh rumah budaya yang berada di Kampung Siliran. Rumah ini berupa sebuah joglo yang berumur ± 150 tahun, dibangun oleh KRT Kusumabudaya, abdi dalem silir (pengelola penerangan keraton). Pada masa Sultan HB VIII, tata ruang dan material bangunan masih dipertahankan keasliannya, kecuali bagian lantai sudah berganti ubin keramik. Gaya tradisional terlihat jelas dengan keberadaan pendopo pada bagian depan rumah dan sumur pada sudut halaman. Selain itu arsitektur tradisional ditunjukan pula dari bentuk atapnya berupa joglo pada pendopo dan limasan pada rumah utama (Dalem Ageng), dan dilengkapi tiga senthong (tengah, kiri dan kanan). Di samping itu, di halaman rumah ditata dengan berbagai koleksi tanaman langka. 

Suasana Rumah KRT Kusumabudaya

Jemparingan di Yogyakarta
Siliran - Rabu (27/4) Kampung Siliran Yogyakarta  menerima Kunjungan dari Mahasiswa Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Kurang lebih 15 mahasiswa berkunjung di kampung siliran dan mempelajari warisan budaya yang salah satunya jemparingan.

Jemparingan di Yogyakarta
Bermula dari keinginan membangun kembali tatanan masyarakat yang kultural untuk lebih melekatkan nilai-nilai budaya yang ada di Yogyakarta. RW 04 Siliran Kelurahan Panembahan Kecamatan Kraton Yogyakarta berkeinginan untuk menjadikan kampung siliran menjadi "Kampung Budaya" yang penuh dengan tradisi. Maka dibentuklah komunitas Guyup Jemparing Siliran yang bertujuan selain untuk nguri-uri kebudayaan masyarakat jawa juga untuk melekatkan kembali persaudaraan di wilayah kampung siliran dan sekitarnya. Jemparingan menjadi salah satu dari sekian banyak kegiatan warga di RW 04 Siliran yang berbasis nilai-nilai budaya yang ada.